Studi
baru menemukan di bawah Samudera Hindia terkubur sebuah benua kuno.
Para peneliti menemukan bukti-bukti adanya daratan yang luas di antara
2.000 hingga 8,5 juta tahun yang lampau. Daratan luas, yang diberi
nama Mauritia oleh para peneliti itu, akhirnya terpecah-pecah dan lenyap
di bawah gelombang air laut dan membentuk bagian-bagian baru. Hingga
750 juta tahun yang lalu, daratan di Bumi terkumpul dalam satu benua
luas yang disebut Rodinia. Namun, saat ini semua benua sudah terpisah
dengan jarak ribuan kilometer. Padahal, dulu India berada bersebelahan
dengan Madagaskar. Kini, para peneliti mulai percaya dengan
eksistensi benua Rodinia di waktu lalu. Mereka telah menemukan bukti
sepotong benua -dikenal sebagai microcontinent (salah satu dari tujuh daratan besar di permukaan bumi)- yang terselip di antara negara India dan Madagaskar. Setelah
meneliti pasir di pantai Mauritius, para peneliti telah sampai pada
kesimpulannya. Mereka menemukan kandungan mineral yang berumur tua di
pantai tersebut. "Kami telah menemukan zircon (batuan mineral) di
Pantai Mauritius, dan ini adalah salah satu kandungan yang hanya
ditemukan di benua yang berumur sangat tua," kata Profesor Trond
Torsvik, dari Universitas Oslo di Norwegia, dilansir BBC, 25 februari 2013. Setelah diteliti, zircon yang ditemukan ternyata berumur di antara 600 sampai 1.970 tahun yang lalu. Tim peneliti menyimpulkan bahwa zircon tersebut adalah sisa-sisa tanah kuno yang terseret ke permukaan pulau setelah terjadi letusan gunung berapi. "Saya
percaya potongan-potongan Mauritia bisa ditemukan 10 kilometer di bawah
Mauritius dan di bawah lautan luas Samudera Hindia," ucap Torsvik. Sekitar 85 juta tahun lalu, India dan Madagascar berada dalam satu microcontinent, namun akhirnya terpisah dan terkubur di bawah gelombang laut. Saat ini, tim peneliti masih mencari bagian-bagian dari benua lain yang tersebar di bawah Samudera Hindia. "Kami
perlu data seismik untuk mendapatkan gambar yang terstruktur. Ini akan
menjadi bukti utama untuk menelusuri benua yang hilang, namun untuk
mewujudkannya butuh biaya yang besar," tutup Torsvik. (umi)